Heiho....
Kembali lagi bersama saya disini....masih tetep galau dan mager
*duhhh susah yee*...ada yang kangen?? *ngarepp*
Hari ini g pake galau lagi, karena saya mau share pengalaman
jalan-jalan di Jakartee...
Nyak Babe Encang Encing pasti udah pada tau pan yang namenye Kota
Tue...Wisata Kota Tua maksudnya...nahh kebetulan pada hari sabtu yang cerah
ceria, daripada ujung-ujungnya galau di kosan, aye melarikan diri ke Kota Tua
bersama onnideul yang tangguh-tangguh...hihihi...
Perjalanan di bersama di mulai di halte busway sentral Senen, jam
7 tet sivani udah magrog di halte dan kemudian aye dateng sekitar setengah 8,
kemudian menyusul onnie vera sama onni niar....jam 8 tet, berangkatlah kita
naek busway menuju harmoni. Dari harmoni transit ganti yang menuju ke arah
Kota. Sekitar jam setengah 9 sampe lah kita di Kota Tua. Pemberhentian pertama
adalah Museum Mandiri. Harga tiket masuknya adalah tiga ribu rupiah per orang.
Berdiri tanggal 2 Oktober 1998. Museum yang menempati
area seluas 10.039 m2 ini pada awalnya adalah gedung Nederlandsche
Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia yang merupakan perusahaan
dagang milik Belanda yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang
perbankan.
Nederlandsche Handel-Maatchappij (NHM) dinasionalisasi
pada tahun 1960 menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani &
Nelayan (BKTN) Urusan ekspor impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank
Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) pada 31 Desember 1968, gedung tersebut pun
beralih menjadi kantor pusat Bank Exim, hingga akhirnya legal merger Bank Exim,
Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung tersebut menjadi aset Bank
Mandiri (taken from Wikipedia).
Setelah puas poto-poto dan berpanas-panasan di Museum Mandiri,
kita lanjoot ke pemberhentian selanjutnya yaitu Museum Fatahillah. Harga tiket
masuknya adalah lima ribu rupiah per orang. Udah mule rame, udah mule makin
panas, jadi kita pun menyusup diantara kerumunan siswa-siswi yang lagi touring
di sono juga. Lumayan…dapet penjelasan gratis dari gurunya :P. Objek pertama di
museum ini adalah si Patung Hermes yang nangkring di halaman belakang museum.
Patungnya saru sik…g pake baju soalnya. Tapi tetep dong kita harus mengabadikan
momen dong…haha. Di museum ini juga ada penjara di lantai dasar museumnya.
Gelap dan kecil banget pren seriusan. Ngeri juga ngebayangin ada yang dikurung
disitu..T.T…kasiyann.
Kembali masuk ke bagian dalam museum, di lante 2 tepatnya, banyak
benda2 peninggalan jaman kolonial gitu kayak meja konferensi, papan permainan,
lukisan, kursi-kursi, meja-meja jadul dan kawan-kawannya. Yang keren dari
museum ini adalah selain bentukannya yang unik juga lantai 2 nya yang hanya
terbuat dari papan kayu. Keren kann…tuh kayu udah berjuang selama ratusan taun
diinjek-injek sama penghuni dan pengunjung museum.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas
perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama
dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang
digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang
dipakai sebagai penjara.
Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain
perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara danPajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19,
yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat Cina, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah,
dan batu prasasti.
Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah
Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan
Agung, dan Ruang MH Thamrin.
Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatik,
dan becak. Bahkan kini juga
diletakkan patung DewaHermes (menurut mitologi Yunani, merupakan
dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya terletak
di perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan
magis. Selain itu, di Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan
pada zaman penjajahan Belanda (taken from Wikipedia).
Okee…next stop adalah Museum Wayang yang letaknya bisa dibilang
disamping Museum Fatahillah. Harga tiket masuknya adalah lima ribu rupiah per
orang. Isinya apaa…pastinya adalah wayang-wayang dari berbagai daerah, mulai
dari dalam negeri sendiri sampe luar negeri. Masuk ke museum kemudian disambut
wayang golek ukuran jumbo….kemudian disusul dengan adek2nya di sebelah kiri dan
kanan museum. Setiap wayang golek disini disajikan sesuai peristiwa. Jadi satu
frame peristiwa diisi para tokoh wayang plus keterangan tentang peristiwanya
itu.
Nahh di lantai duanya barulah ganti wayang jenis lain yaitu wayang
kulit. Wayang kulit yang dipajang disini juga ada yang dipajang sesuai dengan
peristiwa, ada juga yang dipajang sendiri-sendiri. Di lantai dua juga ada
silsilah pewayangan yang terus terang saya g ngerti cara bacanya….huksss…
Di lantai 2 juga dipamerkan wayang-wayang dari Negara tetangga
kayak Malaysia, Kamboja, Vietnam….juga Negara yang agak jauhan kayak China,
India dan….ada wayang a.k.a boneka dari barat. Menuju ke pintu keluar juga
dipajang topeng-topeng dari berbagai daerah. Komplit dan keren-keren lah
pokoknya.
Gedung yang tampak unik dan menarik ini
telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan
dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi
pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung
museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar
beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini
(taken from Wikipedia).
Yukkk kita move on….karena udah mule siang
perut keroncongan kemudian siVani pun beli gorengan :P. Next stop adalah
muter-muter naek ontel di sekitar Kota Tua…..Yeayy….G sulit nemuin persewaan
ontel karena si ontel2 udah berjejer menggoda iman di halaman museum Fatahillah.
Karena si onni vera kakinya lagi atit jadi kita sewa satu pemandu plus
boncengin si onni. Jadi totalnya kita sewa sepeda empat plus satu pemandu.
Harga sewa tiap sepedanya tiga puluh lima ribu rupiah….:D. Oiya…selain sepeda
kita juga dipinjemin property topiiii….ala none none Belanda.
Udah siang yaa prenn…selaen panas
menyengat, ternyata naek sepeda ontel itu g mudah saudara-saudara. Saya yang
hobinya nge-pit ini, kagok pas pertama-pertama naikin si ontel. Ringan buu…dan
saya uglak uglik kayak orang mau jatohh. Tapi karena excited dan kebawa seneng
apapun kita libasss…bahkan jalur busway pun kita srobot…hahahaha. Nahh…masalah
jalur aja sik yaa menurut saya yang kurang. Sepeda udah ada, pemandu udah ada,
objek wisata udah ada, tinggal jalurnya aja. Ayo dong pak Jokowii…dibikin
jalurnya, diperbaiki…biar Jakarta lebih hitsss lagi…..aminnn….
Objek yang kita kunjungi sambil bersepeda
yaitu….Toko Merah, Jembatan Kota Intan, Menara Syahbandar dan Museum Bahari.
Kayaknya ini kudu bersambung…..^^
Durung opo opo wis bersambuung..hadeeehh..
BalasHapus